info berita

Sunday, May 12, 2013

Tgk. Dayah Di Aceh Besar Ini ( Teungku Bakhtiar 35 Thn) Rela Mengajar Di Dayah Tanpa Dibayar

“Keikhlasan yang membuat saya betah mengajar di sini. Saya tidak butuh untuk dibayar. Apa yang saya lakukan saat ini merupakan ibadah dan tanggung jawab saya kepada Allah atas ilmu yang saya miliki,” ujarnya.

Aceh Besar - Namanya Teungku Bakhtiar. Umurnya sekitar 35 tahun. Di Dayah Tarbiatul Ula Gampong Puni, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Bakhtiar termasuk guru senior. Ia memimpin guru-guru lain di dayah itu.

Dayah Tarbiatul Ula berjarak sekitar 500 meter dari Simpang Puni yang bersisian dengan jalan menuju kawasan wisata Mata Ie.

Bakhtiar menjadi guru mengaji di dayah milik Abu Sofyan itu sejak sejak 1996. Mulanya ia hanya santri biasa. Bakhtiar mondok sejak 1993. Ia berasal dari Gampong Puni.

Di dayah itu, Bakhtiar mengajar santri anak-anak, remaja, dan ibu-ibu. Mulai dari ilmu membaca Alquran seperti tajwid, hingga tauhid, menjadi materi yang diajarkan Bakhtiar.

Menjadi guru ngaji dayah selama belasan tahun, Bakhtiar selalu menjalaninya dengan ikhlas. Pemuda ini mengaku tidak diberikan semacam upah dari pekerjaannya itu.

Paling jika ada inisiatif dari pemilik pesantren memberikan upah, ia menerimanya. Namun jika tidak ada baginya tidak menjadi persoalan.

Meski tak mendapat bayaran di dayah, rezekinya tetap diperoleh dengan mengajar di beberapa desa. "Biayanya juga diberikan secara ikhlas oleh para wali santri yang minta anaknya diajarkan," ujarnya.

Saat ditanya tentang meninggalnya sosok ulama besar Teungku Ibrahim Baldan atau Abu Panton, Teungku Bakhtiar merasa sangat kehilangan. Menurutnya Abu Panton sosok ulama besar yang kharismatik.

Meninggalnya Abu Panton, kata dia, tanda-tanda Islam mulai lemah di Aceh karena satu per satu ulama wafat. Menurut Bakhtiar, satu ulama besar kharismatik meninggal dunia, sama dengan hilangnya satu pasak yang memperkokoh berdirinya bumi.

“Inilah tanda-tanda kiamat telah dekat dan bumi semakin tua. Satu- satu paku bumi dicabut oleh Allah," ujar Teungku Bakhtiar.

No comments:

Post a Comment