Surabaya --
Pendeta Hisar Siringoringo, suami mantan hakim Pengadilan Negeri Jombang
Vica Natalia akhirnya buka mulut seputar kemelut rumah tangganya.
Ditemui Tempo di kediamannya, Perumahan Darmahusada Permai
Surabaya, Minggu sore, 10 November 2013, Hisar bicara blak-blakan bahwa
hubungan dia dengan istrinya sudah tidak harmonis lagi.
Mereka sudah hidup terpisah sejak Juli 2008 atau sejak Vica menjadi
hakim. Menurut Hisar, Vica lebih sering menetap di Bali karena memang
ditempatkan di sana. Pada 2011, Vica dipindah ke Jombang yang berujung
pada pemecatan oleh Majelis Kehormatan Hakim Mahkamah Agung. Kini suami
istri itu tengah menunggu putusan cerai dari majelis hakim Pengadilan
Negeri Surabaya pada Senin siang, 11 November 2013.
Kisruh rumah
tangga Hisar dan Vica memuncak pada Februari 2013. Hubungan Vica dengan
ketiga putrinya pun tidak terlalu baik. Mulai Februari 2013 hingga
kini, Vica hanya bertemu dengan ketiga putrinya sebanyak tujuh kali.
Itupun atas permintaan putri-putrinya yang masing-masing berusia 14
tahun, 12 tahun dan 9 tahun. "Kalau bertemu ya dijemput jam 6 sore
terus diantar jam 9 malam. Tanpa mau ketemua saya," kata Hisar.
Ketiga buah hati itu memang lebih dekat dengan Hisar karena Vica lebih
banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dan di luar rumah. Setelah
menikah, Vica berhenti menjadi pramugari dan bekerja sebagai sekretaris
di maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Praktis, ketiga anaknya
diurus Hisar. "Saya yang rawat anak-anak. Saya ini ya ibu rumah tangga, babysitter sampai pembantu rumah tangga juga. Semua saya," kata pengusaha yang bergerak di bidang laundry dan telekomunikasi ini.
Pernah, kata Hisar, ketika dirinya ditugaskan ke Maluku dan Papua, Vica
harus berada di rumah dengan dua anaknya. Saat Hisar menelepon, Vica
pun mengeluh karena tidak bisa mendiamkan kedua putrinya yang kala itu
masih kecil. "Anakmu nangis terus nih. Gimana ini? Kutinggal semua,
lho," kata Vica seperti yang ditirukan Hisar.
Meski demikian,
rumah tangga Hisar dan Vica bertahan sampai lahir anak ketiga pada 2004
silam. Tapi rupanya tidak juga membuat Vica berubah. Apalagi Vica mulai
mengambil kuliah mata hukum di Universitas Narotama dari strata 1 hingga
strata 2. Ide agar Vica kuliah di hukum, kata Hisar, sebenarnya atas
permintaan dia. Pria yang aktif sebagai Pendeta Gereja Bethel Indonesia
ini juga yang membiayai Vica hingga akhirnya berhasil menjadi hakim.
Namun kesibukannya sebagai hakim semakin menjauhkan Vica dari ketiga
putrinya. Komunikasi Vica dengan ketiga putrinya pun lebih banyak
melalui pesan singkat atau Blackberry Messenger. Jarang mereka
menghabiskan waktu bersama. Jika ada pertemuan keluarga, Vica lebih suka
menghindar dengan beribu alasan. "Ya shoping, nyalon, pokoknya ada aja alasan menghindar," ujarnya.
Kendati memperoleh penghasilan sendiri, kata Hisar, Vica tidak pernah
menyisihkan untuk keperluan sehari-hari putrinya. Karena itu Hisar
merasa aneh jika dia dituding tidak pernah menafkahi Vica selama 15
tahun atau sejak mereka menikah. Padahal, kata Hisar, selama ini dia
sendiri yang membiayai kuliah Vica dan kebutuhan ketiga putrinya. Mulai
dari biaya SPP, uang jajan, sampai keperluan buku dan main mereka.
Menurut Hisar, anak-anaknya merasakan sendiri bahwa ibunya berteman
dekat dengan sejumlah pria. Sang ibu pernah mengenalkan seorang pria
yang berusia lebih muda asal Bandung kepada putrinya. Pria berinisial FS
itu diaku Vica sebagai sepupunya. "Tapi anak-anak tahu, bisa merasakan
kalau dia bukan sepupu mamanya," kata Hisar.
No comments:
Post a Comment