NEWYORK--Situs jejaring
sosial Twitter berencana melakukan penawaran saham perdananya kepada
publik (IPO) di lantai bursa Wall Street. IPO ini adalah yang paling
ditunggu-tunggu pelaku pasar sejak penawaran saham perdana Facebook
tahun lalu.
"Kami telah mengajukan sejumlah dokumen
yang menjadi persyaratan dalam rangka dimulainya penjualan saham
perdana," kata perusahaan itu, melalui kicauan di laman Twitter
resminya.
Namun, Twitter tak merinci kapan IPO akan benar-benar dimulai juga tak ada penjelasan lain tentang nilai saham.
Dalam aturan bursa AS setelah dokumen
persyaratan diserahkan untuk proses IPO selanjutnya calon emiten akan
masuk periode senyap dimana perusahaan dilarang bicara pada media.
Menurut situs resmi SEC, sebuah
perusahaan dibolehkan merilis prospektus rahasia untuk publik jika
sahamnya diklasifikasikan sebagai perusahaan yang baru tumbuh dengan
pendapatan kurang dari USD 1 miliar.
Namun sejauh ini Twitter telah
dievaluasi kalangan investor memiliki nilai lebih dari USD S10 miliar
atau sekitar Rp 111 triliun, dan diprediksi akan merauh pendapatan
sebesar USD 583 juta tahun ini.
Untuk urusan bisnis, Twitter juga sangat
sigap meneruskan ekspansi termasuk dengan pembelian layanan khusus
ponsel MoPub, Senin (9/9) lalu.
Layanan ini fokus pada penggantian iklan
dalam ponsel yang dilaporkan dibeli Twitter senilai USD 350 juta
sebagai upayanya untuk mendongkrak perolehan pendapatan dari iklan.
Pengamat juga antusias melihat bagaimana
Twitter akan belajar IPO Facebook bulan Mei tahun lalu. Meski mulanya
disambut dengan tak sabar, belakangan nilai sahamnya melorot dan
kemudian melonjak kembali musim panas tahun ini.
"Twitter adalah bagian akhir dari
jejaring sosial yang sudah sangat mapan untuk proses IPO - kita sudah
lihat pengalaman Facebook dan LinkedIn," kata Colin Gillis, pengamat
spesialis perusahaan teknologi pada lembaga analis BGC Partners, New
York.
Menurut Gillis tak bisa diperkirakan
berapa besar permintaan untuk saham Twitter sampai perusahaan itu
merilis valuasi harga sahamnya.
"Ada beberapa masalah seperti berapa
besar arus pendapatan yang bisa didapat diluar iklan, dampak makin
banyaknya pengguna yang memakai layanan ini melalui ponsel," pungkasnya. (esy/jpnn)
No comments:
Post a Comment